Persepsi : Inti Komunikasi
Pada abad ke-19 para ilmuwan mengira bahwa apa yang ditangkap pancaindera kita sebagai sesuatunyang nyata dan akurat. Para psikolog menyebut mata sebagai rentina dan rentina sebagai film yang merekam pola-pola cahaya yang jatuh di atasnya. Para ilmuwan modern menentang asumsi itu; kebanyak percaya bahwa apa yang kita amati dipengaruhi sebagian oleh citra rentina mata dan terutama oleh kondisi pikiran pengamat.
Sebenarnya kita tidak pernah punya kontak langsung dengan dengan realitas. Segala sesuatu yang kita alami adalah hasil dari sistem syaraf kita. Ketika para ahli fisika meneliti fenomena alam,atau ketika para insinyur menguji sebuah mesin,presepsi mereka boleh jadi mendekati akurat. Namun ketika mereka berkomunikasi denagn manusia,baik dengan sesama ilmuwan atau bahkan dengan pasangan hidup merekeka masing-masing, presepsi mereka mungkin kurang atau bahkan tidak cermat karena berdasrkan motif, perasaan, nilai, kepenting dan tujuan yang berlainan.
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang identik dengan penyadiaan balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi disebut intikomunikasi karena jika presepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif.
Untuk lebih memahami persepsi, berikut adalah beberapa defenisi lain persepsi :
Brian Fellows:
Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan menganalisis informasi.
Kenneth K Sereno dan Edward M. Bodaken:
Perspsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akn sekeliling dan lingkungan kita.
Philip Goodarce dan Jennifer follers:
Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenalirangsangan.
Joseph A. Devito: Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimukus yang mempengaruhi indra kita.
Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita(indra peraba,indra penglihatan,indra pencium,indra pengecap dan indra pendengar), atensi dan interprestasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendenaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Mata bereaksi terhadap gelombang cahaya, telinga terhadap gelombang suara, kulitbterhadap tempeatur dan tekanan, hidung tehdap bau-bauan dan lidah terhadap rasa. Lalu rangsangan-rangsangan ini dikirimkan ke otak.
Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipalajari. Semua indra punya andil bagi berlangsungnya komuniksai manusia. Penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Melalui pengindraan kita mengetahui dunia. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Banyak rangsangan sampai kepada kita melalui pancaindra kita, namun kita tidak mempresepsi semua itu secara acak. Umumnya kita hanya dapat memperhatikan satu rangsangan saja secara penuh.
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua: persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia. Presepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersipat dinamis. Persepsi yang kita bahas dalam buku ini adalah persepsi terhadap manusia, sering juga disebut persepsi sosial, meskipun kadang-kadang mnusia disebut juga objek. Akan tetapi untuk memahami persepsi sosial secara utuh, terlebih dahulu kita akan membahas persepsi terhadap lingkungan fisik. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap lingkungan sosial. Perbedaan tersebut mencakup hal-hal berikut.



PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN FISIK
Persepsi sering mengecoh kita. Kita marasa bumi datar padahal bulat. Kita merasa bumi diam padahal bergerak dengan kecepatan ratusan meter per detik.
Seperti juga hidung dan lidah, mata yang dimiliki orang-orang berlainan tidak akan menangkap realitas yang sama. Perhatikanlah bagaimana mata menipu kita. Tipuan mata sering menimbulkan perbedan pendapat antara wasit, pemain dan penonton pertandingan olahraga, misalnya sepakbola,badminton, atau tenis, mengenai jalannya pertandingan, seperti apakah terjadi pelanggaran oleh pemain atau tidak atau apakah bola jatuh di suatu bidang tertentu atau tidak, padahal mereka sama-sama menyaksikan peristiwa tersebut.
Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologi yang berbeda juga membuat persepsi kita berbeda atas suatu objek. Persepsi kita atas kulit pisang yang tergeletak di lantai saja.
PERSEPSI SOSIAL
Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung risiko. Setiap orang memiliki gambaran berbeda mengenai realitas di seskelilingnya. Bebera prinsip penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan persepsi sosial ini adalah sebagai berikut.
Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai relitas (sosial) yang telah dipelajari. Cara kita berkerja dan menilai pekerjaan apa yang baik bagi kita, cara kita makan dan menilai makanan apa yang lezat bagi kita, mengukur kecantikan seorang perempuan, bereaksi terhadap ekor ular, atau merespons kuburan (kuburan di Indonesia tampak menakutkan sedangkan di Barat berarti taman) sangat bergantung pada apa yang yang telah diajarkan budaya mengenai hal-hal itu.
Berbicara tentang makanan misalnya, pengalaman budayalah yang mengajarkan orang untuk menilai daging apa yang membutnya meneteskan air liur,apakh itu ikan, ayam babi,anjing, ular ataupun kalong.
Akan halnya kecantiakan, seorang wanita yang paling cantikdalam banyak budaya adalah yang wajahnya paling menarik dan tubuhnya paling seksi (plus kulitnya paling mulus), namun dalam budaya lain mungkin yang rambutnya paling keriting (dan paling banyak kutunya), paling pucat wajahnya, paling hitam kulitnya, tau paling lebat bulu ketiaknya.
Ketiadan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat seseorang menafsirkan objek tersebut berdsarkan dugaan semata, atau pengalaman yang mirip. Oleh karena kita terbiasa merespons suatu objek denagn cara tertentu, kita sering gagal mempersepsi perbedaan yang samar dalam objek yang mirip.
Persepsi bersifat selektif
kita belajar mengatasi kerumitan ini dengan mempwerhatiksn sedikit saja rangsangan ini. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor utama yang menentukan selektifitas kita atas rangsangan tersebut.
Faktor internal yang mempengaruhi atensi
Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal: fktor biologis (lapar, haus dan sebagainya); faktor fisiologis (tinggi,pendek,kurus,gemuk,sehat,sakit,lelah, penglihatan atau pendengaran kurang sempurna,cacat tubuh dansebagainya); dan faktor-faktor sosial budaya seperti gender,agama,tingkat pendididkan,pekerjaan,penghasilan,peranan,status sosial,pengalaman masa lalu, kebiasaan dan bahkan faktor-faktor psikologis seperti kemauan,keinginan,motivasi,pengharapan,kemarahan,kesedihan,dan sebagainya. Semakin besar perbedaan aspek-aspek tersebut antarindividu, semakin besar perbedaan persepsi mereka mengenai realitas.
Motivasi merupakan salah satu faktor internal yg penting.persepsi manusia juga dipengaruhi pengharapan (expectation)nya.
Faktor eksternal yg mempengaruhi atensi
Atensi objek juga dipengaruhi oleh faktor eksternal,yakni atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti gerakan,intensitas,kebaruan,dan perulangan objek yg dipersepsi.
Suatu objek yg bergerak lebih menarik perhatian daripada objek yg diam.itu sebabnya,kita lebih menyenangi televisi sebagai gambar bergerak daripada komik sebagai gambar diam.rangsangan yg intensitasnya menonjol juga akan menarik perhatian. Orang atau objek yg penampilannya lain daripada yg lain (kontras atau unik),juga akan menarik perhatian,seperti seorang bule diantara bangsa dewek,orang berkulit hitam diantara orang-orang berkulit putih,wanita berjilbab diantara wanita-wanita tidak berjilbab,wanita berbikini diantara wanita-wanita berpakaian sopan dipantai,dan sebagainya.
Persepsi bersifat dugaan
Proses persepsi yg bersifat dugaan ini memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun.oleh karena informasi yang lengkap tidak pernah tersedia,dugaan diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap lewat penginderaan itu.
Persepsi bersifat evaluatif
Kebanyakan orang menjalani hari-hari mereka dengan perasaan bahwa apa yang mereka persepsi adalah nyata.tidak ada persepsi yg pernah objektif.persepsi adalah proses kognitif psikologis dalam diri anda yang mencerminkan sikap,kepercayaan,nilai dan pengharapan untuk memaknai objek persepsi,
Dengan demikian,persepi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L. Rich, “persepsi pada dasarnya mewakili kaedan fisik dan psikologis individu alih-alih menunjukan karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi”. Dengan ungkapan Carl Rogers , “ Individu bereaksi terhadap dunianya yang ia alami dan menafsirkannya dan dengan demikian dunia persptual ini, bagi individu tersebut , adalah ‘realitas’.
Dalam konteks komunikasi massa, tidak ada satu surat kabar, majalah, radio atau televisi pun yang objektif, independen, atau netral dalam melaporkan fakta dan kejadian melalui beritanya, karena mereka pun tidak hidup dalam vakum sosial dan vakum budaya. Pada dasarnya bahasa (kata-kata) itu tidak netral. Di dalamnya ada muatan-muatan pribadi, kelompok, kultural, atau idiologis, meskipun bersifat samar. Karena itu tidak ada berita yang objekif dalam pengertian murni atau mutlak.
Persepsi bersifat kontekstual
Rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Dari semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh paling kuat. Dalm mengorganisasikan objek, yakni meletakkanya dalam suatu konteks tertentu, kita menggunakan prinsip-prinsip berikut.
Prinsip pertama: struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan. Kecenderungan ini tampaknya bersifat bawaan. Secara lebih spesifik, kita cenderung mempersepsi rangsangan yang terpisah sebagai berhubungan sejauh rangsangan-rangsangan itu berdasarkan satu sama lainnya, baik dekat secara fisik atupun dalam urutan waktu, serta mirip dalam bentuk, ukuran, warna, atau atribut lainnya.
Prinsip kedua: kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri dari objek dan latar (belakangnya).
PERSEPSI DAN BUDAYA
faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan dan cita rasa sebagai faktor-faktur internal jelas mempengaruhipersepsi seseorang terhadap realitas. Dengan demikian persepsi itu terikat oleh budaya (culture-bound). Kelompo-kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsi kredibilitas.
Oleh karena persepsi berdasarkan budaya yang telah dipelajari, maka persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dalam konteks ini, sebenarnya budaya dianggap sebagai pola persepsi dan perilaku yang dianut sekelompok orang.
Larry A. Samovar dan Richard E. Potter mengemukakan enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi kita ketika berkomunikaisi dengan orang dari budaya lain, yakni:






Meskipun keenam aspek tersebut tidak kita bahas secara sendiri-sendiri, aspek-aspek tersebut saling berkaitan.
Kepercayaan, nilai, dan sikap
Kepercayaa adalah anggapan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa punya ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Sering kepercayaan sekelompok orang atau bangsa tidak masuk akal.
Nilai adalah komponen evaluatif dari kepercayaan kita, mencakup: kegunaan, kebaikan, estetika, dan kepuasan. Jadi nilai bersifat normatif, memberi tahu suatu anggota budaya mengenai apa yang baik dan buruk, benar dan salah, siapa yang harus dibela, apa yang harus diperjuangkan, apa yang mesti kita takuti, dan sebagainya.
Nilai biasanya bersumber dari isu filosofis yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat stabi dan sulit berubah,
Pandangan dunia
Pandangan dunia adalah orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, kematian,alam semesta, kebenaran, materi(kekayan), dan isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan kehidupan. Pandanagan dunia mencakup agama dan ideologi. Berbagai agama dunia punya konsep ketuhanan dan kenabian yang berbeda. Ideologi-idoelogi berbeda juga punya konsep berbeda mengenai hubungan antar manusia.
Organisasi sosial
Organisasi sosial yang kita masuki, apakah formal atau informal,juga mempengaruhi kita dalam memperspsi dunisa dan kehidupan ini, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku kita. Keanggotan dalam kelas sosial juga mempengruhi komunikasi kita.
Tabiat manusia
mempengaruhi cara kita mempersepasi lingkungan fisik dan sosial kita. Orientasi manusia mengenai hubungan manusia dengan alam juga mempengaruhi persepsi mereka dalam memeperlakukan alam.
Orientasi kegiatan
Aspek lain yang mempengaruhi persepsi kita adalah pandangan kita terhadap aktivitas. orientasi ini paling baik dianggap suatu rentang: dari Being ( siapa seseorang) hingga Doing( apa yang dilakukan sesesorang). Dalam suatu budaya mungkin terdapat dua kecenderungan ini, namun salah satu biasanya dominan.
Persepsi tentang diri dan orang lain
Dalam masyarakat kolektifis , individu terikat oleh lebih sedikit kelompok, namun keterikatan pada kelompok lebih kuat dan lebih lama. Selain itu hubungan antar individu dalam kelompok bersifat total, sekaligus di lingkungan domestik dan di ruangan publik. Konsekuensi, perilaku individu sangat dipengaruhi kelompoknya. Individu tidak dianjurkan untuk menonjol sendiri. Keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok dan kegagalan individu juga adalah kegagalan kelompok.
Berbeda dengan manusia individualis yang hanya merasa wajib membantu keluarga langsungnya, dalam masyarakat kolektivis orang merasa wajib membantu keluarga luas, kerabat jauh, bahkan teman sekampung, dengan mencarikan pekerjaan , meskipun pekerjaan itu tidak sesuai keahliannya.
KEKELIRUAN DAN KEGAGALAN PERSEPSI
Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah sebagai berikut :
Kesalahan atribusi
Atribusi adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain. Sering juga kita menjadikan perilaku orang sabagai sumber informasi mengenai sifat-sifat mereka.atribusi kita juga keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktor internal,padahal justru faktor eksternal lah yang menyababkannya,atau sabaliknya kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang,padahal faktor internal lah yang membangkitkan perilakunya
Salah satu keslahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau tidak lengkap,sehingga kita berusaha menafsirkan pesan tersebut dengan menafsirkan sendiri kekurangannya,atau mengisi kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap.
Efek halo
Kesalahan persepsi yang sisebut efek halo (halo effect) merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang,kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Salah satu efek halo terbesar yang pernah menghinggapi banyak orang di indonesia,terutama para pengagum gusdur akan menjadi presiden RI yang sukses,tetapi nyatanya tidak karena Gus Dur tidak ajeg dalam berkomunikasi dengan bawahannya dan dengan rakyat.Akhirnya Gus Dur dilengserkan oleh DPR.
Efek halo ini memang lazim dan berpengaruh kuat pada diri kita dalam menilai orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari,kita mungkin menemukan sifat positif yang menonjol pada seseorang, misalnya bahwa orang itu jujur ,atau periang atau murah hati.
Stereotif
Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping),yakni menggeneneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok.
Contoh stereotip ini banyak sakalli misalnya;















Pada umumnya,stereotip bersifat negatif. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan dalam kepala kita.akan tetapi bahanya sangat nyata bila stereotip di aktifkan dalam hubungan manusia.
Prasangka
Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotif. Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin praejudicium, yang berarti preseden, atau penilaian berdasarkankeputusan dan pengalaman terdahulu. Richard W. Brisilin mendefinisikan prasangka sebagai sikap tida adil,menyimpang atau tidak toleran terhadap sekelompok orang.
Mekipun kita cenderug mengganggap prasangka berdasarkan suatu dikotomi,yakni berprasangka atau tidak,lebih bermanfaat untuk menaanggap prasangka ini sebagai bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi.
Sebagai mana stereotip,prasanga ini alamiah dan tidak terhindarkan.penggunaan prasanga memungkinkan kita merespons lingkungan secara umum aliah-alih secara khas,sehingga terlalu menyederhanakan masalah.budaya dan kepribadian sangat mempengaruhi prasangka. Orang berprasangka cenderung mengabaikan informasi yang tidak sesuai dengan generalisasi mereka yang keliru dan kaku itu,apalagi informasi dari kelompok yang menjadi objek prasangka.
Gegar budaya
Menurut Kalvero Oberg gegar budaya (culture shock) ditimbulakan oleh kecemasan karena hilannya tand-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Meskipun geger budaya sering dengan fenomena memasuki suatu budaya (yg identik dgn negara),asing linkungan budaya baru yang di maksud sebenarnya bisa juga merujuk pada agama baru lembaga pendidikan (sekolah atau universitas) baru,dan sebagainya.
Geger budaya seperti dilukiskan di atas,pada dasarnya adalah benturan pesepsi,yang di akibatkan penggunaaan persepsi berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya)yang telah dipelajari orang yang bersangkuta dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami.
Kita tidak langsung mengalami geger budaya ketika kita memasuki lingkungan budaya yang baru. Fenomena itu dapat diganbarkan dalam beberapa tahap.
Tahap reintegrasi ,menurut Adler,diyandai dgn penolakan atas budaya ke dua. Pada tahap transisi ini, kita mungkin mencari hubungan denagn orang-orang yang berasal dari budaya yang sama.
Tahap otonomi, dalam transisi ini ditandai dengan kepekaan budaya dan keliwesan pribadi yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dan kemapuan menyesuaikan diri dengan budaya baru itu.
Gagar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah fenomena yang alamiah saja. Intensitasnya dipengaruhi oleh berbagai fraktor, yang pada dasrnya terbagi dua: yakni faktor internal( ciri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan) dan faktor eksternal( kerumitan budaya atau lingkungan baru yang dimasuki).
rangkuman dalam buku pengantar ilmu komunikasi . oleh pa dedy mulyana
`
Tidak ada komentar:
Posting Komentar